Kasih Sayang Berbuah Durhaka

Memberi kasih sayang adalah fitrah yang lahir dari setiap insan sebagai refleksi tanggung-jawab dan upaya melindungi keturunannya. Hidup tanpa kasih sayang bak ruang hampa udara, badan tanpa jiwa, roda kehidupan berputar tak bermakna. Tatkala kepekaan sosial dalam kondisi memprihatinkan menunjukan indikasi kehidupan yang bergulir tanpa mengenal arti kasih sayang. Status selaku makhluk sosial hanya legitimatif ketika kondisi kemasyarakatan tidak memiliki alternatif yang lain selain individu tersebut untuk berperan di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Kasih sayang yang berlebihan melebihi standart kasih sayang itu sendiri kelak memicu kecemburuan sosial diantara para penerima kasih sayang tersebut. Betapapun upaya yang dilakukan untuk memenuhi standart adil dalam memberi kasih sayang tersebut, namun defenisi keadilan dari masing-masing individu punya asumsi yang berbeda, sehingga membentuk tembok pemisah yang bila tidak disiasati dengan cerdas akan menjadi potensi pemicu konflik intern keluarga yang tidak menutup kemungkinan merembet pada pembentukan watak negatif ketika bergaul dengan kehidupan masyarakat yang lebih luas. Rasa kasih yang berlebihan memberi dampak yang positif bagi perkembangan jiwa sang anak, namun perlu diwaspadai juga akan dampak negatif yang akan diperoleh oleh sang anak. Sikap manja, rasa ketergantungan yang besar, sikap kurang mandiri bahkan sikap mendramatisir keadaan yang tidak proporsional kelak akan membentuk kepibadian yang tidak pantas untuk direkomendasikan ketika lingkungan membutuhkan figure seorang pemimpin, figure suami bagi seorang istri yang mendambakan pelindung, pembimbing, pengayom, figure seorang istri shalehah bagi seorang suami yang membutuhkan penyejuk hati, mendidik anak-anak, mengatur rumah tangga, serta figure ayah bagi seorang anak yang membutuhkan teladan terbaik, idola dan pahlawan serta pendidik yang komitmen membina keluarga sakinah.

Tatkala seleksi alam menyerap potensi pemimpin yang bertanggung jawab, kekuatan kasih sayang tidak banyak memberi bantuan pada reputasi sang anak sebab dominasi sikap manja dan porsi ketergantungan pada orang lain sangat tinggi membentengi terbentuknya kepribadian yang berorientasi kemandirian dalam usaha, kematangan dalam emosional, mantap dalam proses pengambilan keputusan dan tegar menghadapi problema hidup serta komitmen pada kebijakan-kebijakan yang telah dibuat.

Seiring berjalannya waktu kehidupan pada rel keseimbangan alam, perbendaharaan kasih sayang mulai berkurang, sang anak mulai merasakan perubahan kasih yang memberi efek pada berkurangnya perhatian orang tua pada anak, memberi implikasi pada jiwa sang anak yang adiktif pada kasih sayang yang tidak semestinya, melahirkan sikap berontak dan muncul perasaan unsafety dari sang anak, puncaknya menghalalkan segala cara untuk memenuhi kembali kebutuhan perhatian dan kasih sayang karena kondisi mental tidak seperti yang semestinya.

Harapan pemberi kasih sayang jauh dari sasaran  yang diinginkan. Kebaikan yang diharapkan berujung dengan kedurhakaan yng berakar dari ketidakpuasan sang anak dalam memenuhi kebutuhan bathin akan kasih sayang tidak seperti yang diharapkannya. Muncul prasangka dari sang anak yang mengklaim kasih sayang yang selama ini yang dia peroleh akan beralih ke orang  lain, suatu hal kecil yang kadang luput bahkan dianggap remeh oleh para orang tua yang memang sudah bingung mewujudkan kasih sayangnya setelah mem-porsir-nya ketika sang anak belum terlalu membutuhkannya.

Tatkala sang anak kecewa bersamaan dengan jiwanya yang labil, dilain pihak para orang tua sudah merasa cukup memberi perhatian dan kasih sayangnya, pengaruh lingkungan adalah alternatif jawaban bagi sang anak. Ketika pengaruh lingkungan itu bermuatan positif maka jiwa labil sang anak akan kembali pada fitrahnya, namun bila sebaliknya, jiwa labil sang anak akan berubah menjadi watak frontal, pribadi yang bringas, kehilangan kendali diri, kepedulian sosialnya hilang, tanggung jawab moralnya tidak ada, bahkan keselamatan dirinya sekalipun, luput dari perhatiannya. semua itu terjadi sebagai wujud sikap protes dan mencari-cari perhatian untuk memperoleh kembali porsi kasih sayang yang kian hari kian berkurang.

Leave a comment